Twitter

Kisah Muhammadiyah ( Sang Pencerah )

Posted by Gustina Intan Tamara - -

buku-tentang-ahmad-dahlanKehidupan KH Ahmad Dahlan merupakan realitas yang dilaluinya dengan keras. Setelah digambarkan dalam film, kemudian dinovelisasi pula, tampaklah warna dari kehidupan dan perjalanan perjuangannya. Di tengah ide pembaruan yang diusungnya, banyak sekali tantangan yang diterima, yang mengakibatkannya harus bertungkus-lumus dan berjibaku dengan lingkungan. Kehidupan Ahmad Dahlan muda sebenarnya tak beda dengan anak kecil dan remaja biasa. Di masa kecil, dia bernama Darwis dan melewati masa kecil serta remaja dengan teman-temannya secara normal. Yang agak tak biasa pada diri Ahmad Dahlan muda adalah daya kritisnya pada keadaan dan umat Islam.
Kekritisan Darwis misalnya tampak saat ia mengikuti acara40 hari kematian tetangganya. Saat permisi buang air kecil, Darwis secara tak sengaja mendengarkan percakapan tentang tuan rumah yang harus mengutang demi menggelar acara peringatan 40 hari yang sudah terkesan ‘’wajib’’ dilakukan di sekitar Kampung Kauman, Jogjakarta itu. Dia merasa heran, kenapa orang yang sudah susah dengan kematian keluarga, harus dibebani dengan utang pula. Kekritisannya berjanjut ketika di masjid terdapat adanya tempat khusus untuk Sultan, yang ditinggikan dari jamaah yang lainnya. Dia mempertanyakan kepada ayahnya, kenapa Sultan memiliki tempat khusus, padahal dalam pelajaran yang diterimanya, manusia itu sama, hanya takwanya yang menentukan beda dengan sesama muslim.
Pertanyaan kritis ini dijawab ayahnya dengan bijak. Namun tetap saja Darwis ingin mendapatkan jawaban yang lebih konkret. Dia terus bertanya dan mencari jawaban alternatif. Kekritisannya, sikap bedanya dengan kebanyakan orang, serta pendiriannya yang kukuh membawa Darwis pada situasi yang sulit. Dia mulai tak diterima lingkungannya yang paternalistik. Semakin lama, jiwanya semakin tak nyaman dengan kondisi ini.
Namun sebaliknya, lingkungan tak dapat menerimanya. Para kyai memusuhinya, bahkan ada yang mencapnya sebagai kafir. Sampai kemudian dia harus ‘’mengungsi’’ ke Timur Tengah, bertemu dengan pembaru se-macam Muhammad Rasyid Rida. Tentu saja ini mengukuhkan pendiriannya hingga ketika pulang ke tanah air, dia mendirikan mendirikan organisasi keagamaan tertua bernama Muhammadiyah. Salah satu visi Ahmad Dahlan adalah memurnikan kembali ajaran Islam, sama dengan beberapa pembaru semacam Jamaluddin Al-Afgani dan Rasyid Ridha.
Novelisasi dari kehidupan KH Ahmad Dahlan dan perjuangannya mendirikan Muhammadiyah tertutur dengan bahasa yang lugas mudah dimengerti. Ahmad Dahlan merupakan sosok anak muda pendobrak tradisi yang tak lain berniat agar islam kembali menjadi rahmat bagi semesta alam ini. Bukan islam yang menyulitkan pemeluknya sendiri. Dalam novel ini, sang penulis Akmal Nasery Basral yang juga merupakan penulis Imperia dan Nagabonar 2 mengaku hanya menceritakan kehidupan Ahmad Dahlan di masa mudanya saja. Ia yang juga pernah merasakan sekolah di Muhammadiyah mendapatkan cerita berdasarkan skenario dari Hanung dan melanjutkannya dengan meriset buku-buku ilmiah.
Selain berbentuk novel, kisah Ahmad Dahlan memang sudah lebih dahulu difilmkan dengan judul yang sama, Sang Pencerah. Novel ini termasuk ringan, dan mudah dipahami pembaca remaja. Kaum remaja muslim seharusnya dapat menjadikan sosok KH Ahmad Dahlan sebagai salah satu figur yang revolusioner dan berjiwa berani. Novel ini cocok sebagai novel penggugah semangat dan menginspirasi. Dalam bentuk filmnya, karya ini tak kalah hebatnya dan kini sedang tayang di bioskop.***

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.